Sloth Dosa Besar

Sloth Dosa Besar

Lucifer (Kesombongan)

Lucifer merupakan bahasa Latin dengan arti Pembawa Cahaya, Lucifer juga menjadi sebuah nama Planet Venus atau Bintang Fajar. Iblis tertinggi di neraka ini merupakan iblis terkuat yang ada. Dahulu Iblis ini merupakan malaikat Agung, Lucifer dengan kesombongan hingga menentang Tuhan membuatnya dibuang ke dalam neraka.

Iblis dengan gambaran ketamakan dari kekayaan dan keserakahan. Mammon akan menjadikan manusia sebagai budak. Manusia-manusia rakus akan uang, suka menipu, sering merugikan orang, pelit, serakahlah yang akan dijadikan budak oleh Mammon di neraka.

Iblis dengan penggambaran monster laut besar dan menyimpan pintu neraka di mulutnya ini merupakan iblis yang Mewakili iri hati. Iblis ini akan menggoda pria merupakan tugasnya agar melakukan penghujatan. Iblis ini bertanggung jawab untuk memberi hukuman kepada manusia yang iri hati dengan cara memakannya.

Tujuh Dosa Mematikan (bahasa Inggris: Seven Deadly Sins) merupakan pengelompokan dan penggolongan atas dosa-dosa atau tindakan-tindakan tercela dalam ajaran Kekristenan,[1] meskipun tidak disebutkan secara eksplisit dalam Alkitab. Suatu sifat, tingkah laku, tindakan, atau kebiasaan digolongkan dalam kelompok ini jika hal-hal tersebut secara langsung menimbulkan dosa-dosa, tindakan-tindakan tercela, atau kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya.[2] Sebagai contoh, seseorang yang membiarkan dirinya terus dikuasai kemarahan dapat melakukan balas dendam dengan cara membunuh, seseorang yang dikuasai ketamakan dapat melakukan korupsi (mencuri) jika ada kesempatan. Membunuh, mencuri, dan dendam merupakan dosa-dosa akibat yang ditimbulkan oleh kemarahan dan ketamakan yang merupakan dosa-dosa pokok.

Berdasarkan daftar baku yang umum dewasa ini, 7 dosa pokok terdiri dari kesombongan, ketamakan, kemarahan (KGK: kemurkaan), iri hati (KGK: kedengkian), hawa nafsu (KGK: percabulan), kerakusan, dan kemalasan (KGK: kelambanan atau kejemuan). Masing-masing dari dosa pokok tersebut berlawanan dengan masing-masing kebajikan (virtues). Konon, dosa-dosa atau kecelaan-kecelaan pokok ini merupakan lawan dari kebajikan, yang mana diakibatkan oleh kebiasaan-kebiasaan yang melenceng dari kebaikan, yang mengaburkan suara hati dan membuat seseorang cenderung melakukan hal buruk.[2][3] Dosa-dosa pokok ini juga kerap dianggap sebagai bentuk pelanggaran atau tindakan berlebihan atas kemampuan atau nafsu alamiah manusia (misalnya, kerakusan merupakan bentuk penyalahgunaan dari rasa lapar alami akan makan).

Daftar dosa-dosa mematikan mengalami beberapa perkembangan atau penyesuaian sepanjang sejarah. Yang umum digunakan saat ini adalah hasil revisi dari Santo Gregorius Agung (Paus Gregorius I), sebagaimana dituliskan dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) #1866.[2][4]

Kesombongan (bahasa Inggris: pride bahasa Latin: superbia) atau kecongkakan atau keangkuhan adalah awal segala dosa; bukan semata-mata berarti bahwa semua dosa berasal dari kesombongan, tetapi karena semua dosa secara alami timbul dari kesombongan. Santo Thomas Aquinas yang menyatakan hal tersebut menjelaskan bahwa meninggalkan Tuhan adalah bagian pertama atau berawal dari kesombongan.[5]

Kesombongan adalah hasrat berlebihan disaat manusia menilai dirinya terlalu tinggi; dalam tahap kepenuhannya manusia menjadikan dirinya sendiri 'tuhan' karena penolakan untuk menundukkan akal budi dan keinginannya pada Tuhan, termasuk tunduk pada mereka yang dalam kewenangan mewakili-Nya. Kesombongan hanya dapat ditundukkan dengan mengembangkan kebajikan/keutamaan yang adalah lawannya, yaitu kerendahan hati.[6][7]

Ketamakan (bahasa Inggris: greed, avarice, bahasa Latin: avaritia), atau keserakahan, adalah keinginan tak terkendali atas materi atau harta duniawi. Dalam Kitab Suci tertulis bahwa orang yang tamak tidak pernah memiliki uang yang cukup dan tidak pernah penghasilannya terpuaskan (Pengkhotbah 5:9).[8] Santo Paulus mengatakan bahwa cinta akan uang adalah akar segala kejahatan dan menyebabkan seseorang dapat menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya sendiri (1 Timotius 6:10); menggambarkan betapa seriusnya dosa pokok ini. Lawan dari dosa ketamakan adalah keutamaan kemurahan hati...[6]

Iri hati (bahasa Inggris: envy, bahasa Latin: invidia) adalah suatu kekecewaan atau kecemburuan atas keuntungan orang lain dan menghendakinya untuk dimiliki sendiri dengan cara yang tidak adil. Sehingga seseorang melakukan dosa berat karena menginginkan yang jahat bagi sesamanya. St Gregorius Agung mengatakan bahwa iri hati menimbulkan kedengkian, fitnah, hujat, kegirangan akan kesengsaraan sesama, dan menyesalkan keberuntungannya. (KGK #2539)[9] Kebajikan yang adalah lawannya adalah kebaikan hati; namun mengingat kesombongan adalah 'ibu dosa' maka kerendahan hati mutlak dibutuhkan juga. (KGK #2540)[10]

Kemarahan (bahasa Inggris: wrath, anger, bahasa Latin: ira) yang dimaksud di sini adalah kemurkaan berupa keinginan untuk membalas dendam. Kemurkaan yang besar sehingga orang ingin membunuh sesama, atau ingin melukainya, adalah kesalahan besar melawan cinta kasih dan merupakan dosa berat (Matius 5:22).[11] St. Thomas Aquinas menyatakan mengenai kemarahan yang diperbolehkan:[12]

"Tidaklah diperkenankan menginginkan pembalasan dendam, dengan suatu maksud jahat, kepada orang yang harus dihukum; tetapi sungguh terpuji jika menginginkan pembalasan dendam berupa suatu perbaikan atas kebiasaan buruk dan untuk mempertahankan keadilan."

Hawa nafsu (bahasa Inggris: lust, bahasa Latin: luxuria) yang dimaksudkan di sini adalah hawa nafsu seksual, entah romantis atau tidak, atau sering diasosiasikan dengan percabulan; suatu hasrat yang berlebihan akan kenikmatan seksual. Ungkapan kebiasaan buruk hawa nafsu menghasilkan dosa berat melawan kemurnian yaitu: perzinaan, masturbasi, perselingkuhan, pornografi, pelacuran, perkosaan. Perjuangan mengatasi hawa nafsu membutuhkan keutamaan kemurnian berupa pembersihan hati dan pengendalian diri..[13]

Kerakusan (bahasa Inggris: gluttony, bahasa Latin: gula) di sini sehubungan dengan hasrat berlebihan akan makanan ataupun minuman. Dalam tulisannya di "Summa Theologiae" St. Thomas Aquinas mengutip kata-kata St. Agustinus ketika menjawab keberatan bahwa kerakusan bukanlah dosa:[14]

"Seseorang yang menikmati daging dan minum lebih dari yang dibutuhkan haruslah mengetahui bahwa hal ini termasuk salah satu dosa ringan."

Kebajikan yang adalah lawan dari kerakusan adalah penguasaan diri dengan berpantang, tindakan nyatanya yaitu berpuasa.[15]

Kemalasan (bahasa Inggris: Sloth, bahasa Latin: acedia) adalah suatu ketidakpedulian yang utamanya berkaitan dengan hal-hal rohani. St Yohanes dari Damaskus, seorang Bapa Gereja dan Pujangga Gereja dari Timur, mendefinisikan kemalasan sebagai suatu kepiluan atau kesusahan hati yang menindas, yang begitu menekan pikiran atau budi seseorang sehingga ia tidak ingin melakukan apa-apa. Kemudian St. Thomas Aquinas menyatakan bahwa kemalasan adalah dosa karena kesusahan hati tersebut menghalangi seseorang untuk berbuat baik; baik kemalasan itu sendiri maupun dampak yang ditimbulkannya adalah jahat.[16] KGK #2094 menyatakan bahwa kejenuhan rohani atau kemalasan rohani dapat mengakibatkan seseorang menolak kegembiraan yang datang dari Allah dan membenci hal-hal ilahi. Kebencian terhadap Allah muncul dari kesombongan sehingga untuk mengatasinya, selain butuh keutamaan ketekunan, mutlak dibutuhkan kerendahan hati.[17] St. Thomas Aquino memahami acedia sebagai “kelelahan” dan “kehabisan energi,” maka “kesenangan-kesenangan” yang baik itu bagaikan kelegaan yang diberikan oleh istirahat bagi tubuh yang lelah.[18] Terapi-terapi lain bagi kesedihan sebagaimana diberikan oleh St. Thomas masih mengikuti pemikiran yang sama: meratap berarti mengakui keterbatasan kita sebagai ciptaan yang ringkih (vulnerable), demikian juga dengan membuka diri terhadap sahabat-sahabat untuk mendapatkan pertolongan, memberikan istirahat bagi tubuh dan pikiran, serta merenungkan indahnya kebenaran-kebenaran dari Tuhan.[19]

Tabel berikut adalah rangkuman seluruh dosa mematikan beserta keutamaan atau kebajikan yang adalah lawannya.

DOSA menjadi tindakan menyimpang yang dilakukan manusia dari hukum kehendak. Terdapat dua klasifikasi jenis dosa yang ada di dalam Alkitab, yaitu dosa ringan dan dosa mematikan.

Berbagai terminologi dosa di dalam Alkitab, seperti dosa hati, dosa pikiran, dosa mulut, hingga dosa perbuatan. Disayangkan manusia banyak yang melakukan dosa di dalam kehidupannya.

Baca juga: Teks Pengakuan Iman Rasuli Kristen Protestan dan Katolik

Dimulai sejak abad keempat di mana seorang biarawan Kristen, Evagrius Ponticus menggarap delapan pikiran jahat di antaranya kesombongan, nafsu, kemarahan, keserakahan, kesedihan, kemalasan, kerakusan, dan kebanggaan.

Awalnya gagasan ini hanya ditujukan kepada biarawan lain bukan untuk khalayak umum. John Cassian adalah murid Ponticus yang membawa ide dan gagasan ini ke gereja barat untuk diterjemahkan dari bahasa Yunani ke bahasa Latin.

Baca juga: Tips Memilih Kado Natal dan Contohnya untuk Anak Cowok dan Cewek

Gagasan pemikiran Ponticus pada abad keenam kembali diatur St. Gregorius Agung di mana akan menjadi Paus Gregorius I. Gagasan Ponticus mengubah sifat kemalasan diganti menjadi iri hati.

Penguasa merupakan gambaran kesombongan bagi Gregorius. Namun seorang Teolog, Thomas Aquinas pada abad ke-13 melakukan penyuntingan pemikiran itu dalam Summa Theologica (berupa ringkasan teologi).

Melalui penyuntingan Teolog Aquinas kembali masuknya kemalasan dan menghapus kesedihan. Ia juga menjadikannya sifat kesombongan sebagai dosa tertinggi dari tujuh dosa besar manusia.

Dari Aquinas lahir konsep tujuh dosa besar. Di antaranya kesombongan, ketamakan, kemarahan, iri hati, Hawa Nafsu, serta kemalasan.

Secara harfiah konsep ketujuh dosa besar mematikan ini bukanlah dosa yang dapat membuat manusia meninggal ketika melakukannya. Melainkan ketika manusia melakukannya akan berpotensi melahirkan dosa yang lebih serius, berlawanan dengan Tujuh Kebaikan Katolik atau Seven Virtues of Catholicisme.

Seven Virtues of Catholicisme merupakan ajaran Katolik dalam melakukan kebajikan. Tujuh Kebaikan terdiri dari Humility (kerendahan hati), Chastity (kesucian), Liberality (kemurahan hati), Temperance (kesederhanaan), Patience (kesabaran), Diligence (kerajinan), dan Kindness (kebaikan).

Contohnya seperti, ketika manusia dikuasai oleh kerakusan, manusia akan merasa tidak puas dan terus mencari kerasukan dengan berbagai cara. Manusia akan mencuri bahkan sampai membunuh supaya mendapatkan apa yang diinginkan. Kerakusan ini menjadi pemicu penyebab kejahatan lain.

Setelah mengetahui sejarah tujuh dosa besar, maka selanjutnya adalah pemaparan lebih lanjut tujuh dosa besar yang dilakukan oleh manusia, di antaranya:

Kesombongan merupakan puncak dari sebuah dosa besar yang dapat dilakukan oleh manusia. Kesombongan adalah dosa paling berbahaya bagi manusia. Sifat sombong merupakan sifat menyakiti atau terlalu berlebihan terhadap kemampuan diri seseorang, serta merasa dapat menyandingi kekuatan Tuhan Maha Kuasa.

Kesombongan diri akan menguasai manusia dengan merasa paling benar dan berkuasa di muka bumi. Keyakinan memang diberikan oleh Tuhan kepada manusia namun hanya dengan batas wajar. Sifat berlebihan akan membuat manusia terjebak dan dapat menghancurkan dirinya.

Sulitnya membedakan percaya diri atau malah kesombongan diri, kesombongan akan hadir ketika seseorang memposisikan diri sebagai manusia yang lebih unggul dibanding manusia lainnya. Maka dari itu, perlunya membangun kesadaran bahwa setiap kenikmatan anugerah merupakan pemberian dari Tuhan, perbanyak bersyukur, hingga jangan mengagungkan kebaikan diri kepada orang lain.

Ketamakan atau keserakahan merupakan hasrat diri untuk memiliki kenikmatan dunia yang berlebih. Orang serakah biasanya tidak mau berbagi sesama manusia bahkan hewan. Manusia dengan sifat serakah akan melakukan apapun demi mendapatkan harta, bahkan rela menyakiti diri demi menghemat agar mempunyai harta kekayaan yang lebih banyak.

Bahkan tidak jarang banyak manusia serakah yang berani mengambil hak orang lain demi kekayaan untuk dirinya. Keserakahan dapat diatasi dengan selalu mengingat bahwa kekayaan, jabatan, status sosial hanyalah hal sementara yang diberikan oleh Tuhan. Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan bantuan orang lain, maka dari itu selalu berpikir bahwa tanpa bantuan dan memberikan bantuan tidak akan ada kehidupan di dunia ini nantinya.

Ketidak puasanya diri dan merasa gusar melihat orang lain mendapatkan kenikmatan serta kelebihan orang lain merupakan sifat dari iri hati. Iri hati merupakan sifat dimana hati tidak merasa senang ketika orang lain memiliki kekuatan, harta, prestasi, jabatan, kekuasaan, serta harta. Iri hati dapat di atasi dengan cara bersyukur atas apa yang sudah di hasilkan.

Amarah atau marah merupakan sebuah respon alami yang dimiliki setiap manusia saat mendapatkan ketidakadilan atau mendapatkan pengecewaan dari orang lain. Kemarahan dalam Katekismus menyebutkan marah dapat melukai bahkan membunuh manusia lain dengan sengaja. Manusia yang dikuasai kemarahan akan merusak akal pikiran hingga melupakan norma sosial.

Amarah dapat direndam dengan kesabaran dalam menghadapi keadaan. Rajin beribadah dapat mendekatkan diri terhadap Tuhan agar selalu ingat bahwa Tuhan bersama manusia yang sabar dalam menghadapi segala keadaan. Mengalihkan amarah juga dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti berolahraga serta mencari hobby yang disukai untuk ditekuni.

Nafsu yang berada bagian dari tujuh dosa besar merupakan nafsu birahi di mana keinginan dalam seksual terlalu berlebihan. Sejatinya nafsu dan seks adalah dua hal yang berbeda. Seks merupakan bagaimana cara manusia untuk memperoleh keturunan dalam pernikahan. Sedangkan nafsu adalah keinginan birahi untuk mendapatkan kenikmatan seks yang berlebih.

Berpikir secara kotor, merasa kurang puas, pergaulan bebas merupakan ciri-ciri manusia yang dikuasai nafsu. Manusia dapat menghindari hawa nafsu dengan cara tidak melihat gambar ataupun film dewasa. Perbanyak kegiatan positif hingga memperdalami ilmu keagamaan.

Rakus menjadi sebuah dosa besar ke enam pada manusia, rakusnya manusia dapat dilihat dari cara makan, orang rakus akan melihat dan membeli makanan dengan berlebih. Padahal apa yang dimakan tidak sebanyak dengan yang di pesan atau diambil. Rakus ditandai juga dengan membeli makanan yang terlalu mahal tanpa memperlihatkan keadaan keuangan, makan berlebih, serta makan sebelum waktunya.

Haus akan jabatan, kekuasaan, harta bisa juga dikaitkan dengan kerasukan. Dalam mencegah sifat rakus haruslah berdoa sebelum makan serta melakukan kegiatan. Selalu bersyukur atas pemberian tuhan agar tidak mengambil hal orang lain.

kondisi ketidakpedulian terhadap apa yang ada di sekitar, malas menjadi dosa besar dikarenakan akan membuat manusia gagal dalam setiap kegiatannya. Mudah menyerah, ceroboh, tidak ada hasrat melakukan kegiatan, melakukan pekerjaan setengah hati merupakan sebuah kemalasan.

Hidup disiplin dan teratur dapat menjadi salah satu penghindar rasa malas yang melekat pada diri manusia. Selain ketujuh dosa tersebut, ternyata dosa-dosa tersebut diwakili oleh tujuh iblis yang memiliki kekuatan tertinggi di neraka.

Para iblis ini awalnya adalah malaikat Agung yang hidup di surga, namun mereka melakukan pemberontakan hingga menentang Tuhan sehingga terjadilah peperangan. Maka dari itu iblis-iblis ini dijatuhkan ke dalam neraka bersama lucifer.

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Memperingatkan Manusia dari 7 Dosa Besar Yang Membinasakan

Podcast: Play in new window | Download

Jangan lupa untuk turut menyebarkan link download kajian ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, google+, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum

Dapatkan informasi dari Radio Rodja 756 AM, melalui :

Telegram: t.me/rodjaofficialFacebook: facebook.com/radiorodjaTwitter: twitter.com/radiorodjaInstagram: instagram.com/radiorodjaWebsite: www.radiorodja.com

Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui :

Facebook: facebook.com/rodjatvofficialTwitter: twitter.com/rodjatvInstagram: instagram.com/rodjatvWebsite: www.rodja.tv

Penulis: Ustaz Yahya Abdurrahman

Muslimah News, SYARAH HADIS —

مَنْ ظَلَمَ قِيدَ شِبْرٍ مِنَ الأَرْضِ طُوِّقَهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ

“Siapa saja yang merampas sejengkal tanah secara zalim, niscaya ia akan dibebani tujuh lapis bumi.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Salim, dari bapaknya ra., menuturkan bahwa Rasul saw. bersabda,

مَنْ أَخَذَ مِنَ الأَرْضِ شَيْئًا بِغَيْرِ حَقِّه خُسِفَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَى سَبْعِ أَرَضِينَ

“Siapa saja yang mengambil tanah meski sedikit yang bukan haknya, niscaya ia dibenamkan pada hari kiamat ke dalam tujuh lapis bumi.” (HR Al-Bukhari).

Said bin Zaid ra. menuturkan bahwa Rasul saw. juga bersabda,

مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِه فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ سَرَقَ مِنَ الأَرْضِ شِبْرًا طُوِّقَه يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ

“Siapa yang terbunuh karena mempertahankan hartanya maka dia syahid. Siapa saja yang mencuri tanah sejengkal, ia akan dibebani pada hari kiamat dengan tujuh lapis bumi.”(HR At-Tirmidzi).

Sabda Rasul saw., “man zhalama…min al-ardhi” bermakna, “man akhadza min al-ardhi…bighayri haqqihi”. Artinya, siapa saja yang mengambil tanah yang bukan haknya, yakni tanpa dibenarkan oleh syariat.

Sabda Rasul saw., “qîda syibr[in] (sejengkal saja)” bermakna, “syay`[an] (sedikit pun)”. Artinya, seberapa pun luas tanah yang diambil atau dikuasai tanpa dibenarkan oleh syariat. Dalam hal ini berlaku mafhûm muwâfaqah min bâb al-awla. Jika sejengkal saja demikian, apalagi lebih dari itu.

Hadis ini memberikan beberapa pelajaran dan hukum:

Pertama, haram menguasai tanah milik pihak lain, baik milik individu, milik umum, atau milik negara secara zalim, yakni secara tidak dibenarkan oleh syariat, berapa pun luasnya. Meski hadis di atas diinyatakan dengan redaksi berita, tetapi bermakna larangan (tuntutan untuk meninggalkan (thalab at-tarki]). Ini karena redaksi berita yang disertai atau dikaitkan dengan ancaman maknanya adalah larangan. Pelakunya dibenamkan di tujuh lapis bumi pada hari kiamat menjadi qarinah bahwa larangan itu bersifat tegas. Jadi hukum menguasai tanah pihak lain secara ilegal adalah haram.

Kedua, pelakunya diancam dengan siksaan sangat keras, yaitu dibenamkan atau dibebani dengan tujuh lapis bumi. Oleh karena itu, menurut Imam Al-Qurthubi, hal itu termasuk dosa besar. Abu Malik al-As’ariy menuturkan, Rasul saw. bersabda,

أَعْظَمُ الْغُلُول عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ذِرَاع أَرْض يَسْرِقُه رَجُلٌ فَيُطَوَّقَهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ

“Ghulul yang paling besar di sisi Allah pada hari kiamat adalah sehasta tanah yang dicuri seorang laki-laki, lalu ia dibebani dengan tujuh lapis bumi.” (HR Ibnu Abi Syaibah dengan sanad hasan).

Potret siksaan di akhirat itu di antaranya dijelaskan di dalam hadis Imam Al-Bukhari yang kedua di atas, yaitu dengan dibenamkan ke tujuh lapis bumi. Dalam riwayat Ya’la bin Murrah, Rasul saw. bersabda,

أَيُّمَا رَجُلٍ ظَلَمَ شِبْرًا مِنْ الْأَرْض كَلَّفَهُ الله أَنْ يَحْفِرَه حَتَّى يَبْلُغَ آخِر سَبْع أَرَضِينَ، ثُم يُطَوَّقَه يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ

“Laki-laki mana saja yang merampas sejengkal tanah secara zalim, Allah akan membebani dia agar menggali tanah itu hingga mencapai akhir tujuh lapis bumi. Kemudian tanah itu dibebankan pada dirinya pada hari kiamat hingga diputuskan di antara manusia.”  (HR Ath-Thabarani dan Ibn Hibban).

Al-Hakam bin al-Harits as-Sulami menuturkan bahwa Rasul saw. bersabda,

مَنْ أَخَذَ مِنْ طَرِيق الْمُسْلِمِينَ شِبْراً جَاء يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُه مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ

“Siapa saja yang mengambil dari jalan kaum muslim sejengkal tanah saja, dia akan datang pada hari kiamat memanggul tanah itu tujuh lapis bumi .” (HR Abu Ya’la, Ibnu Hajar al-‘Ashqalani berkata sanadnya hasan).

Ketiga, pihak lain itu bukan hanya person atau individu, tetapi mencakup semua pihak yang kepada dirinya dinisbahkan kepemilikan tanah. Dalam hadis ini tidak disebutkan penisbahan tanah yang dikuasai secara ilegal itu milik siapa. Hal itu mengisyaratkan hukum itu berlaku terlepas dari milik siapa tanah itu. Artinya, ini berlaku atas penguasaan secara ilegal terhadap tanah milik individu atau kelompok; tanah milik umum seperti hutan, padang, pantai, dsb.; dan tanah milik negara.

Untuk tanah milik umum, ketentuan hukum syariat jelas, yakni sama sekali tidak boleh dikuasai, dikuasakan, atau diberikan kepada individu atau sekelompok individu. Oleh karena itu, menguasai hutan, pantai, lapangan umum, jalan, taman publik, tambang yang depositnya besar, dan sebagainya, termasuk yang diancam hadis ini. Sebab itu termasuk menguasai tanah secara tidak dibenarkan oleh syariat.

Keempat, menurut para ulama, hadis ini juga mengisyaratkan bahwa siapa saja yang memiliki tanah, itu mencakup permukaan dan ke bawahnya. Ia berhak melarang siapa pun menggali di bawah permukaan tanahnya itu tanpa kerelaannya. Siapa yang memiliki permukaan tanah, ia pun memiliki bagian dalamnya termasuk kandungannya, baik berupa batu, pasir, batu mulia, mineral, rikaaz dan sebagainya; kecuali mineral tambang atau migas yang depositnya besar yang telah ditetapkan oleh syariat sebagai milik umum.

Orang yang memiliki tanah berhak menggali tanahnya, membangun bangunan bawah tanah, dan membangun bangunan di permukaan tanah itu sesuka dia selama tidak membahayakan tetangganya.

Jadi, siapa yang memiliki tanah, ia berhak atas tanah itu, baik yang di permukaannya maupun yang terkandung di bawah tanahnya. Ia juga punya wewenang penuh atas tanah itu, permukaannya, bagian bawah permukaannya terus ke bawah, dan ruang permukaannya dan di atasnya. Ia berhak menghalangi pihak lain menguasai tanahnya itu. Bahkan jika dalam upaya mempertahankan tanahnya itu ia terbunuh, maka ia dihukumi syahid akhirat sebagaimana dinyatakan dalam hadis riwayat Imam at-Tirmidzi di atas.

Penguasaan tanah milik individu lain secara tidak dibenarkan oleh syariat itu jelas merupakan kriminal. Itu merupakan kezaliman dan termasuk dosa besar. Jika tanah itu milik banyak orang, tentu lebih berat lagi di sisi Allah karena orang yang dizalimi lebih banyak lagi. Tindakan memfasilitasi penguasaan tanah secara tidak dibenarkan oleh syariat terhadap milik individu berarti memfasilitasi tindakan kriminal dan dosa besar. Lebih berat lagi di sisi Allah memfasilitasi penguasaan tanah secara tidak dibenarkan oleh syariat terhadap tanah milik umum, milik seluruh rakyat, sebab yang dizalimi adalah seluruh rakyat. Di sini bisa dibayangkan betapa berat pertanggungjawaban atas penyerahan tambang, hutan, dan tanah-tanah milik umum lainnya kepada swasta individu atau korporat, apalagi asing.

Wallahualam bissawab. [MNews/Rgl]

mungkin beberapa dari teman-teman pernah mendengar hal ini. tapi ada baiknya untuk dijelaskan terlebih dahulu agar yang lain bisa mengerti. bagi penggemar FMA pasti sudah tidak asing lagi dengan kata ini. 7 dosa besar adalah iri hati(envy), lust(hawa nafsu), gluttony(rakus), wrath(amarah), greed(serakah), sloth(malas), dan sombong(pride). mari kita bahas satu per satu tentang dosa tersebut.

Iri hati atau dalam bahasa inggrisnya envy. kata ini dari bahasa latin invidia, artinya ketidaksukaan terhadap kelebihan atau kebaikan orang lain. iri hati sering muncul karena orang lain memiliki sesuatu tetapi kita tidak memilikinya.

Hawa nafsu atau lust berasal dari bahasa latin luxuria. lust lebih diartikan ke hawa seksual yang tak terkendali, menghalalkan segala cara demi kepuasaan pribadi.

rakus dalam bahasa inggris gluttony berasal dari bahasa latin gula. rakus di sini bukan rakus akan kedudukan tetapi rakus terhadap makanan. memang makanan adalah hal pokok untuk bertahan hidup dan berkembang biak tetapi bila berlebihan akan merusak diri sendiri. maksud berlebihan seperti makan terlalu awal, makan terlalu mewah, makan terlalu banyak, makan terlalu bernafsu, suka pilih-pilih makanan atau asal makan.

amarah atau wrath berasal dari bahasa latin ira. amarah dekat dengan marah, benci, balas dendam, penolakan, dan ketidaksabaran. tetapi dari semua itu ada 1 dosa yang tidak bisa termaafkan bagaimanapun caranya yaitu bunuh diri(suicide).

tamak atau greed dari bahasa latin avaritia. greed artinya keinginan untuk memiliki semuanya. harta, kekuasaan, dan wanita. semuanya ingin di dalam genggaman. sedikit cerita kuno yaitu seorang malaikat yang bernama lucifer, karena ketamakannya ingin menjadi penguasa seperti Tuhan akhirnya dia dijatuhkan ke neraka dan menjadi iblis.

malas atau sloth berasal dari bahaasa latin acedia. sepintas dosa ini terlihat 'kecil' tetapi kita harus ingat hal besar bisa terjadi karena di awali dari hal kecil. hal kecil itu misalnya adalah tidak mengerjakan apa yang harus dikerjakan, gagal mengembangkan apa yang harus dikembangkan, dan yang paling merakyat adalah menunda pekerjaan.

sombong atau pride dari bahasa latin superbia. inilah sumber dari segala dari dosa, dialah yang pertama dari segala dosa. kesombongan pada diri sendiri. kesombongan ini semakin besar karena manusia memiliki derajat paling tinggi di antara ciptaan-Nya, semakin besarlah sombongnya sebagai makhluk yang memiliki derajat tertinggi.

kenapa saya menulis tentnag ini? jawabannya sederhana, karena tertarik. alasan lainnya mungkin terlalu suka baca FMA soalnya disana banyak dibicirakan tentang 7 dosa . 7 dosa itu berbentuk manusia ciptaan, bukan hanya manusia biasa tapi manusia yang memiliki kemampuan khusus. kesamaan dari mereka adalah mereka tidak bisa mati.

tulisan ini hasil buatan sendiri dan refenrensi dari

Satan/Amon (kemarahan)

Amon merupakan wujud dari iblis murka dan marah. Digambarkan dengan sosok menyedihkan serta menjijikan. Bertugas memantik amarah yang ada pada manusia.

Iblis ini bertugas mengalirkan hasrat seksual manusia, ketika sudah terjebak godaannya maka manusia akan terjebak ke dalam neraka kedua selamanya. Iblis dengan memiliki ajukan sebanyak 72 pasukan. Digambarkan dengan tiga kepala, kepala pertama menyerupai banting, kedua laki-laki dengan mahkota, serta kepala terakhir menyerupai domba jantan.

Asmodeus juga memiliki mulut yang bisa menyemburkan api dan ekor ular. Dalam kitab Tobit menceritakan bahwa Asmodeus awalnya jatuh cinta kepada wanita bernama Sarah, namun Sarah sudah mempunyai suami dan demi mendapatkan harinya, Asmodeus rela membutuh ke tujuh suami Sarah. Setelah dikalahkan oleh Tobias, Asmodeus diangkat menjadi iblis saat dibuang ke neraka karena Asmodeus mewakili dosa nafsu.

Kesyirikan Dosa Besar Yang Paling Berbahaya

Dan diantara dosa besar yang paling berbahaya adalah dosa kesyirikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dosa menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karenanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendahulukan. Dalam hadits di atas, dosa kesyirikan diantara dosa-dosa yang membinasakan seorang hamba. Karena di dalam bab perintah, yang didahulukan adalah perintah yang paling besar, perintah yang paling agung, yaitu mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka di dalam bab larangan, yang didahulukan adalah larangan yang paling berbahaya yaitu kesyirikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّـهِ إِلَـٰهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّـهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ

“Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan yang lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar dan tidak berzina.” (QS. Al-Furqan[25]: 68)

Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mendahulukan dosa kesyirikan. karena itulah yang paling besar. Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لَّا تَجْعَلْ مَعَ اللَّـهِ إِلَـٰهًا آخَرَ فَتَقْعُدَ مَذْمُومًا مَّخْذُولًا ﴿٢٢﴾

“Janganlah engkau mengadakan Tuhan yang lain disamping Allah Subhanahu wa Ta’ala niscaya engkau akan menjadi tercela dan terhina.” (QS. Al-Isra[17]: 22)

Kemudian setelahnya, barulah Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang beberapa macam larangan. Akan tetapi di ayat tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala mendahulukan larangan yang bernama kesyirikan. Karena kesyirikan adalah sebesar-besar perkara yang membinasakan seorang hamba. Kesyirikan adalah dosa yang tidak diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kesyirikan adalah kedzaliman yang paling dzalim. Kesyirikan adalah maksiat yang paling buruk. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِنَّ اللَّـهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ ۚ

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mengampuni dosa kesyirikan dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni dosa-dosa yang lain yang levelnya dibawa kesyirikan bagi orang-orang yang Allah kehendaki.” (QS. An-Nisa[4]: 48)

Simak pada menit ke-20:17

Belphegor (Kemalasan)

Terdapat dua penggambaran yang berbeda dari iblis ini. Yang pertama belphegor digambarkan sebagai perempuan muda yang sangat cantik di dunia, yang kedua digambarkan sebagai sosok berjenggot yang mempunyai tanduk dan kuku tajam.

Di beberapa tradisi, Belphegor adalah malaikat yang bernama Bola-Peor namun, ketika Lucifer memberontak ia tak mendukungnya sehingga ia dianggap sebagai pembelot. Belphegor ini dikenal akan otaknya yang licik. Ia akan membuat manusia berusaha untuk haus akan kekayaan dengan cara menipu, korupsi dan hal-hal yang berhubungan dengan kekayaan instan lainnya.

Inilah pembahasan tentang tujuh dosa besar dan iblis yang mewakili tujuh dosa tersebut. Semoga dar pembahasan ini bisa menambahkan pengetahuan dan wawasan pembaca agar lebih bisa berhati-hati dalam bertindak. (Z-3)

Memperingatkan Manusia dari 7 Dosa Besar Yang Membinasakan adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam dengan pembahasan Kitab الدروس المهمة لعامة الأمة (pelajaran-pelajaran penting untuk segenap umat). Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 29 Ramadhan 1440 H / 03 Juni 2019 M.

Penerjemah: Ustadz Cecep Nurohman, Lc.

Download kajian sebelumnya: Berhati-Hati Dari Dosa Kesyirikan dan Macam-Macam Maksiat

Berikut ketujuh iblis yang menguasai ketujuh dosa besar, di antaranya:

Status Program Kajian Tentang Pelajaran Penting untuk Umat

Status program Kajian Tentang Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap ahad & senin pukul 17.00 - 18.00 WIB.

Beelzebub (Kerakusan)

Beelzebub adalah iblis yang mewakili dosa kerakusan. Ia dikenal sebagai “Lord of Flies” karena mempunyai kemampuan untuk terbang. Ia bertugas untuk membuat manusia menjadi rakus, tamak, banyak makan dan pilih-pilih terhadap makanan.

Dosa Besar Yang Membinasakan

Kemudian perkataan penulis Rahimahullahu Ta’ala, “7 perkara yang membinasakan.” Di sini terdapat perhatian dalam perkara-perkara yang akan disebutkan tersebut. Karena tatkala beliau menyebutkan dosa-dosa besar yang membinasakan di awal hadits bahwasannya dosa-dosa tersebut berjumlah 7.

Jadi seandainya Anda telah mendengar ada 7 perkara yang membinasakan, namun setelah Anda hitung ternyata hanya ada enam perkara, tidak 7 sebagaimana disebutkan di awal, maka pasti Anda akan berkata dalam diri Anda bahwa masih ada satu hal yang belum disebutkan. Dan kalau seandainya tidak disebutkan di awal hadits bahwasannya dosa-dosa tersebut ada 7, maka mungkin akan terlewat faidah dari kita sebagian dari perkara-perkara yang membinasakan tersebut karena kita tidak memperhatikan.

Oleh karenanya inilah diantara faidah disebutkan bilangan di awal hadits tersebut. Tatkala Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan bahwa ada 7 perkara yang membinasakan. Tujuannya agar kita benar-benar memperhatikan poin-poin yang akan disebutkan setelah penyebutan angka secara global tersebut. Bahkan didalam banyak hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena perkara tersebut akan membantu seseorang untuk bisa memahami hakikat ilmu dan bisa menghafalkan poin-poin yang disebutkan setelah penyebutan angka tersebut.

Kemudian tatkala Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan ada 7 perkara yang merasakan, maka bilangan 7 tersebut bukan untuk pembatasan atau bahwasanya dosa besar hanya sebatas 7 perkara. Karena datang dalam hadits-hadits yang lain bahwasanya ada amalan-amalan yang termasuk dalam kategori dosa besar yang tidak disebutkan dalam 7 perkara di atas. Contohnya adalah hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tatkala beliau bersabda:

أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ

“Perhatikanlah, maukah aku tunjukkan kepada kalian dosa-dosa besar yang paling besar?” Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakannya tiga kali. Kemudian para Shahabat mengatakan: “Tentu wahai Rasulullah.” Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua dan dosa persaksian palsu“” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan kita perhatikan bahwasannya dosa durhaka kepada kedua orang tua dan dosa persaksian palsu itu tidak disebutkan dalam 7 perkara di atas. Namun keduanya termasuk kedalam dosa besar dengan nash hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Oleh karenanya bahwasanya dosa-dosa besar itu jumlahnya lebih dari 7. Bahkan sebagaimana dalam atsar Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, beliau pernah mengatakan bahwasanya dosa-dosa besar itu dekat ke angka 70 (artinya sangat banyak). Bahkan kata Syaikh, perkataan Ibnu Abbas bahwasanya dosa besar itu dekat ke angka 70 ini pun bukan batasan bahwasanya dosa besar hanya sebatas 70. Namun kata beliau bahwasanya dosa-dosa besar lebih dari angka yang disebutkan.

Perkara terpenting yang harus kita perhatikan di dalam masalah ini adalah mengetahui tentang kaidah apa yang dimaksud kedalam dosa besar. Dan dosa-dosa apa yang masuk ke dalam kategori dosa besar. Kita harus tahu kaidahnya agar kita bisa membedakan antara dosa besar dengan dosa kecil.

Adapun dosa besar adalah setiap amalan yang diawali dengan laknat atau dengan ancaman, diharamkan dari surga Allah Subhanahu wa Ta’ala atau dengan ancaman untuk masuk ke dalam neraka atau setiap amalan yang diawali dengan murka Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hukuman Allah Subhanahu wa Ta’ala atau setiap amalan yang pelakunya dilaknat oleh Allah atau imannya ditiadakan atau setiap amalan yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bukan termasuk golongan kami, maka indikator-indikator diatas merupakan alamat bahwasanya amalan-amalan tersebut masuk dalam kategori dosa besar. Ini kaidahnya. Juga ditambah dengan amalan-amalan yang memang datang nash secara langsung dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam atau dalam Al-Qur’anul Karim bahwasanya perkara tersebut masuk kedalam bagian dari dosa besar.